Pages

Tips auto fokus

Fokus yang akurat penting untuk mendapatkan hasil foto yang tajam. Foto yang fokusnya melenceng sulit atau hampir tidak bisa diperbaiki.

Di jaman dulu, hanya ada manual fokus. Manual fokus untuk kamera digital SLR agak sulit karena banyak kamera yang memiliki jendela bidik kecil dan kurang terang. Tapi untunglah kamera digital SLR modern memiliki auto fokus.
Meski demikian, kita harus menentukan moda auto fokus yang tepat supaya gambar yang dihasilkan tajam dan konsisten.
Berikut ini adalah beberapa mode auto fokus yang biasa ditemui di kamera DSLR:
AF-S atau single point focus (Nikon) atau One Shot (Canon)
Mode ini cukup sederhana, Anda memilih satu titik fokus, kemudian tekan setengah tombol shutter. Kamera akan mengunci titik fokusnya. Meskipun objek foto bergerak, fokus tetap tidak berubah.
Mode ini khusus untuk objek foto yang tidak bergerak, seperti pemandangan, foto model, produk dan sebagainya. Hati-hati dalam memakai mode ini karena bila objek foto bergerak maka fokus tidak akurat lagi.
AF-C atau Continuous auto focus (Nikon) atau AI Servo (Canon)
Mode ini kebalikan dengan mode yang pertama diatas. Saat auto fokus diaktifkan dengan menekan tombol shutter setengah penuh, kamera akan mengikuti gerak objek foto yang bergerak. Mode ini cocok untuk fotografi olahraga, burung, dan benda yang bergerak lainnya.
Cara kerjanya kurang lebih adalah kamera memprediksi gerakan objek foto dan kemudian memindahkan titik fokus sesuai yang diprediksikan. Apa yang perlu kita lakukan hanya terus menekan tombol shutter setengah penuh dan mengikuti objek fotonya.
Di kamera DSLR yang canggih, biasanya mode ini bisa dimodifikasi secara khusus tergantung dengan keinginan dan pergerakan objek foto.
AF-A atau AI-Focus
Mode auto fokus ini adalah mode campuran antara mode auto fokus single shot dan continuous servo. Bila kamera mendeteksi objek foto tidak bergerak, maka otomatis akan bersifat seperti auto fokus single shot, tapi kalau kamera mendeteksi objek foto bergerak, maka akan otomatis memprediksi letak dan mengikuti objek foto.
Mode ini ideal untuk objek foto yang tidak bergerak namun akan segera bergerak. Untuk objek yang tidak bergerak atau sedang bergerak, lebih baik langsung mengunakan auto fokus single shot atau continuous daripada mode otomatis ini.

Memilih titik fokus

9 titik auto fokus yang biasanya dijumpai di kamera DSLR Canon
9 titik auto fokus yang biasanya dijumpai di kamera DSLR Canon
Selain mode auto fokus diatas, kamera digital SLR juga memungkinkan kita memilih titik fokus yang dikehendaki, ataupun membiarkan kamera memilih titik fokus.
Bila kita memilih kamera yang menentukan titik fokus untuk kita, biasanya kamera akan berusaha mendeteksi muka seseorang (face detection) atau memilih objek terdekat dengan kamera.
Manual fokus
Meskipun di era kamera digital SLR, fungsi manual fokus sudah banyak ditinggalkan, namun ada beberapa kondisi dimana manual fokus mutlak atau dianjurkan untuk dipakai.
Manual fokus lebih baik untuk foto makro / close up benda-benda kecil, seperti serangga, bunga dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena auto fokus biasanya gagal mendeteksi objek yang terlalu dekat dan objek dengan lensa dan bila objek foto memiliki kontras yang rendah.
Beberapa tahun terakhir ini, banyak kamera digital SLR yang telah memiliki fitur live view, dimana kita bisa melihat langsung objek foto melalui layar LCD. Kita juga bisa mengunakan tombol zoom untuk membesarkan gambar di LCD. Mengunakan fitur ini dengan manual fokus saat kamera didudukan di atas tripod bisa menghasilkan foto dengan auto fokus yang sangat akurat.
Tips auto fokus
Supaya fokus foto selalu tepat sasaran, berikut tips-tips yang mungkin bisa membantu:
  1. Gunakan titik fokus tengah terutama bila Anda memiliki kamera digital SLR pemula atau kamera yang sudah berumur. Titik fokus tengah adalah titik fokus yang paling sensitif dan akurat.
  2. Tekan tombol shutter setengah penuh untuk mengunci fokus, kemudian Anda bisa merekomposisikan foto dengan menggeser kamera ke kiri atau ke kanan.
  3. Nyalakan lampu bantu auto fokus (AF Assist Lamp) untuk membantu auto fokus di kondisi cahaya yang gelap.
  4. Auto fokus sering gagal saat kita mencoba untuk fokus ke objek foto yang kurang kontras. Maka dari itu, cari bagian yang kontras atau ujung objek. Kemudian kunci fokus dengan menekan tombol setengah penuh dan rekomposisikan foto dengan menggeser kamera bila perlu.
  5. Lihat konfirmasi fokus di dalam jendela bidik, biasanya berupa bulatan hijau atau kotak hijau. Bila sudah muncul, itu berarti bahwa fokus sudah terkunci sempurna. Ini berlaku juga ketika mengunakan manual fokus.
  6. Gunakan fitur live view untuk membesarkan objek foto sehingga fokus menjadi sangat akurat, tapi jangan lupa memakai tripod saat mengunakan metode ini.

Tips memotret ikan di akuarium

Memotret subjek di dalam akuarium seperti ikan memang agak tidak biasa dan menantang. Berikut ini beberapa tips supaya fotonya sukses.

1. Tentukan eksposur yang tepat
Menurut pengalaman saya, seringkali kamera kita akan memilih exposure yang terlalu terang karena terpengaruh dengan warna gelap ikan atau latar belakangnya. Kita bisa mengunakan mode manual dan mengatur exposure, atau dapat mengunakan fungsiexposure compensation jika mengunakan mode P, A/Av, S/Tv.
2. Jangan kuatir memakai ISO tinggi
Biasanya kita memotret ikan di dalam ruangan, maka cahayanya pun biasanya tidak begitu terang. Jangan lupa gunakan ISO tinggi supaya kita bisa mendapatkan shutter speed yang cepat pula. Subjek yang bergerak seperti ikan membutuhkan shutter speed sekitar 1/80-1/125 supaya tidak blur.
DSC_5273
ISO 1000 52mm f/3.5 1/80 detik - Ikan Louhan sebenarnya bukan ikan yang gesit, tapi shutter speed yang lumayan cepat dibutuhkan untuk mencegah blur, maka dari itu ISO setinggi 1000 dibutuhkan.
3. Gunakan lensa berbukaan besar
Jika memiliki lensa berbukaan besar seperti 24-70mm f/2.8, atau 50mm f/1.8, kita bisa memanfaatkan bukaan besar tersebut supaya bisa membuat latar belakang / background blur dan juga menyerap lebih banyak cahaya. Sebaliknya, jika kita ingin seluruh badan ikan dan latar belakang tajam, kita mengunakan bukaan kecil seperti f/8.
4. Jangan gunakan flash
Kaca akuarium akan memantulkan sebagian cahaya dari lampu kilat ke lensa sehingga membuat foto menjadi tidak alami dan terlalu terang.
5 Light reflection
Hati-hati dalam mengkomposisikan foto, perhatikan pantulan cahaya dari lampu akuarium atau lampu di dalam ruangan, pastikan pantulan cahaya tidak mengganggu subjek utama dengan mencari sudut potret yang pas.
DSC_5328
Awas refleksi dari lampu neon atau ruangan bisa mengganggu. Tapi kalau di komposisikan dengan baik, pantulan tersebut malah jadi indah
6. Cari background simple
Hindari latar belakang yang terlalu ramai dan mengganggu pemandangan. Contohnya selang air, atau hal-hal lain buatan manusia yang tidak alami. Jika tidak bisa dihindari, gunakan bukaan lensa yang besar dan mendekat ke akuarium, atau mengunakan lensa telefoto.
DSC_5303
ISO 640 70mm f/4 1/80 detik - Usahakan cari latar belakang yang sederhana
7. Sabar
Amati gerakan subjek, kemudian bersabarlah menunggu sampai timingnya pas untuk memotret.
8. Fokus
Autofokus kamera akan mungkin akan sedikit kesulitan dalam mengunci fokus. Coba gunakan lensa telefoto / zoom atau dekatkan lensa ke kaca akuarium. Jika keduanya gagal, gunakan manual fokus.Semoga berhasil!

Kapan saya mengunakan mode manual dan aperture priority (A/Av)

Mode manual adalah mode yang paling fleksibel untuk merealisasikan efek kreatif fotografi yang dikehendaki. Di mode manual, kita bisa mengendalikan exposure yaitu bukaan lensa, shutter speed, ISO dan pengaturan lainnya. Lalu, kapan mode manual itu cocok untuk dipakai? Sebelum memutuskan untuk memakai mode manual, sebaiknya mempelajari dulu tentang hukumsegitiga emas exposure.

Saya biasanya mengunakan mode manual biasanya saat memotret pemandangan sunset dan sunrise. Kamera saya dudukkan ke tripod dan saya atur kecerahan dengan mengatur shutter speed, sedangkan bukaan dan ISO saya atur supaya tetap. Misalnya f/16 dan ISO 100.
Dalam meliput kegiatan indoor yang cahaya ruangannya konstan/tidak berubah, saya sering mengunakan mode manual. Karena cahaya konstan saya tinggal mengatur exposure yang diinginkan dan memotret tanpa kuatir terang gelap foto berubah-ubah.
Mode manual kembali saya gunakan untuk memotret yang melibatkan lampu kilat, terutama di dalam ruangan. Hal ini karena alat pengukur cahaya/metering kamera, hanya mengukur cahaya lingkungan atau ambient light saja. Sehingga pilihan kamera dengan mode otomatis tidak selalu akurat sesuai dengan apa yg saya inginkan.
Sebagai contoh, metering kamera biasanya berusaha mencari setting supaya cahaya lingkungan terang, sedangkan saat memakai lampu kilat untuk foto produk, still life atau portrait di studio, saya justru tidak menginginkan cahaya ambient masuk ke foto. Dengan mode manual, saya dengan mudah dapat membatasi cahaya lingkungan untuk masuk ke dalam kamera dengan mengatur shutter speed yang cepat. Contoh 1/250 detik.
Meskipun mode manual sangat fleksibel, tapi ada kalanya kita tidak memiliki waktu yang terlalu banyak untuk mengubah setting kamera. Contohnya seperti saat memotret liputan acara, olahraga dan satwa liar yang mana subjek foto bergerak dengan cepat dan tak terduga. Cahaya yang berubah-ubah juga menyulitkan.
Mode kamera alternatif yang saya gunakan yaitu mode A / Av atau disebut juga mode prioritas apertur. Di mode ini, saya menentukan nilai bukaan kamera saja, dan kamera membantu saya mencari nilai shutter speed yang menghasilkan foto dengan tingkat kecerahan yg tidak terlalu terang atau gelap.
Jika pilihan setting exposure kamera tidak sesuai dgn apa yang saya inginkan. Saya biasa mengunakan fungsi kompensasi eksposur untuk mengatur kecerahan gambar. Nilai positif untuk meningkatkan kecerahan dan nilai negatif untuk menggelapkan.
Dan apabila shutter speed yang dipilihkan kamera terlalu lambat, saya akan menaikkan ISO. Dengan menaikkan ISO, shutter speed otomatis akan meningkat nilainya.
Mode lainnya jarang saya gunakan karena menurut pengalaman saya, mode manual dan aperture priority sudah cukup memenuhi berbagai jenis fotografi yang saya praktikkan.
Baca juga: Mengenal mode kamera digital 
Untuk foto sunset, kebiasaan saya adalah mengunakan mode manual. ISO 200, f/11, 3 detik

Foto tengah malam (Night Photography)

Untuk mendapatkan foto pemandangan yg menarik, seringkali kita harus memotret di saat yang tidak lazim, misalnya tengah malam atau menjelang pagi.  Foto ini diambil sebelum matahari terbit, sekitar jam 4.45 pagi.

Saya mengunakan tripod sehingga saya dapat mengunakan shutter speed lambat tanpa menyebabkan kamera goyang. Selanjutnya, shutter yang lambat memungkinkan bukaan yang kecil dan iso yang rendah. Kualitas foto pun optimal dengan setting ini.
Kamera DSLR yang memiliki fitur live view (kamera DSLR keluaran  empat  tahun belakangan ini biasanya sudah ada fitur ini) dapat membantu untuk mengkomposisikan foto, misalnya mengatur supaya garis cakrawala lurus dan live view juga membantu untuk manual fokus yang akurat. Di kegelapan memang agak sulit mengandalkan auto fokus kamera.
Candi Borobudur di pagi hari
Foto diatas saya buat dengan setting ISO 200, f/8, 20 detik, 16mm, Nikon D700. Di buat saat bulan purnama di malam Waisak yang bersinar dengan terang sekali.
Selamat hunting!

Fungsi filter Polarizer

Salah satu filter wajib fotografer pemandangan adalah filter polarizer. Meski di jaman digital sekarang ini, filter ini masih dibutuhkan karena sulit untuk mendapatkan efek filter polarizer. Filter ini sangat berguna untuk mengurangi refleksi/pantulan cahaya yang berlebihan, seperti di kolam, pantai, batu-batu, dan kaca. Selain itu, filter polarizer menaikkan kontras seperti saat kita memakai kaca mata hitam di hari yang terik.
Filter polarizer juga berfungsi seperti filter ND (Neutral Density), yaitu untuk membatasi cahaya yang masuk sebanyak satu s/d dua stops. Maka itu saya sering juga gunakan untuk foto air terjun. Di alam, filter polarizer sangat berpengaruh di pagi atau sore hari, saat sinar matahari masih rendah dan tidak tertutup awan.
Dibawah ini adalah contoh-contoh efek filter polarizer.
Kiri: dengan filter polarizer, kanan: tanpa filter polarizer
Kiri: dengan filter polarizer kita bisa melihat dengan jelas dasar genangan air. Kanan: tanpa filter polarizer
Baca juga peranan filter di era fotografi digital
Bagi yang berminat membeli filter polarizer, saran saya beli yang kualitasnya bagus sehingga kualitas foto tidak berkurang dan juga lebih tahan debu, air dan jejak jari tangan. Contoh: Hoya HD, HOYA PRO-1 & B+W.

Tips fotografi: Memotret Air terjun

Air terjun merupakan subjek foto yang menarik dan sangat populer di kalangan fotografer pemandangan/landscape. Memotret air terjun membutuhkan teknik tertentu yaitu:

Setting kamera manual
Untuk mendapatkan foto air terjun yang mulus, kita membutuhkan shutter speed yang lambat, kurang lebih 1/4 detik sampai 2 detik. Semakin lama kita membuka shutter, semakin mulus air terjunnya.
Bukaan/aperture yang dipakai sebenarnya cukup kecil, contohnya f/11 atau f/16. Dengan bukaan sekecil itu, seluruh pemandangan akan terlihat tajam. Hindari bukaan yang terlalu kecil seperti f/22 atau f/32 karena kualitas foto akan berkurang karena difraksi lensa.
Untuk ISO, sebaiknya memakai ISO yang paling rendah, misalnya ISO 100 (sebagian besar kamera DSLR Canon) atau 200 (kamera DSLR Nikon) supaya mendapatkan kualitas foto yang optimal.
Lensa
Untuk lensa, saya usulkan untuk memakai lensa lebar, karena memberikan kesan kedalaman atau tiga dimensi. Dimensi akan lebih terlihat ketika komposisi kita vertikal dengan memasukkan unsur lingkungan seperti bebatuan disekitar air terjun.
Filter
Ketika foto di siang hari yang terik dan terang sekali, seringkali kombinasi bukaan, shutter speed dan ISO seperti yang dianjurkan diatas masih menghasilkan foto yang terlalu terang. Jika itu terjadi, kita bisa mengunakan filter yang dinamakan Neutral Density. Filter ini akan menyerap cahaya lebih banyak sehingga exposure/pencahayaan foto menjadi pas. Filter Neutral Density ini ada yang menggelapkan 1 stop sampai 10 stop cahaya. Saya usulkan minimal menggunakan Neutral Density 3 stop atau disebut juga filter ND8.
Filter lain yang bisa membantu yaitu Circular polarizer. Filter ini berfungsi untuk mengurangi refleksi cahaya sehingga foto menjadi lebih bagus. Langit biru akan semakin biru dan refleksi cahaya ke air atau ke bebatuan disekitar air terjun akan hilang atau berkurang. Filter ini juga menyerap cahaya sebanyak kurang lebih 2 stop cahaya sehingga membantu kita mendapatkan setting bukaan-shutter speed-ISO yang dibutuhkan. Filter CPL ini adalah salah satu filter wajib untuk yang hobi fotografi pemandangan. Cara memakai filter CPL ini adalah memasangnya di depan lensa dan kemudian memutar filter sampai mendapatkan efek yang diinginkan (saat refleksi cahaya hilang/berkurang).
Tripod
Tripod merupakan alat wajib untuk fotografi pemandangan, tak terkecuali untuk foto air terjun. Tripod memastikan foto kita tidak blur karena shutter speed yang lambat. Banyak jenis tripod di pasaran, pada umumnya, tripod yang kokoh dan ringan itu yang terbaik untuk fotografi pemandangan atau jalan-jalan.
Fokus
Fokus yang tepat untuk foto pemandangan juga penting, tapi untunglah biasanya kita memakai setting bukaan yang kecil sehingga bagian yang tajam dari foto menjadi luas. Kita bisa memilih untuk fokus ke air terjun atau batu-batuan yang disamping. Fokus tergantung selera, bagian mana yang ingin kita tonjolkan atau terlihat paling tajam di foto.
Komposisi
Komposisi foto air terjun pada dasarnya ada dua, yaitu komposisi horizontal dan vertikal. Komposisi horizontal membuat pemandangan air terjun menjadi lebih tenang dan stabil, sedangkan komposisi vertikal memberikan kesan dinamis dan cepat. Jangan lupa mengikutsertakan lingkungan air terjun seperti bebatuan, pohon, dedaunan ataupun orang yang berenang atau main air di air terjun tersebut.
Selamat mencoba.
DSC_9123

Tips Memotret Saat Travelling

Akhir pekan yang panjang, liburan sekolah, atau mencuri waktu refreshing di tengah-tengah waktu bekerja untuk melakukan perjalanan pastilah menyenangkan. Tapi, tentunya, berlibur tidak lengkap tanpa mengabadikan momen lewat foto. Membuat foto perjalanan kelihatannya sederhana. Apa yang sulit dari berjalan-jalan ke suatu tempat yang indah sambil membawa kamera dan beberapa memory card lalu memotret foto-foto yang bagus? Tapi, saat kamu sudah sampai di lokasi, kamu akan tahu bahwa membuat foto perjalanan yang bagus tidak semudah kelihatannya.

Membuat Foto Perjalanan Yang Lebih Baik

Jika kamu mengikuti beberapa peraturan sederhana ini, foto-foto perjalananmu akan berubah secara dramatis. Pendekatan terbaik adalah meluangkan waktu khusus untuk memotret, terutama jika kamu melakukan perjalanan bersama teman-teman atau pasangan yang tidak memiliki hobi yang sama. Berjalan-jalanlah sendiri dan nikmati pemandangan, suara, dan aroma dari tempat liburanmu.
Sedikit riset akan membantumu memanfaatkan kesempatan memotret dengan lebih maksimal, dan internet adalah tempat yang tepat untuk memulai. Carilah fotografer yang sudah pernah mendatangi tempat yang akan kamu kunjungi. Hasil karyanya bisa menjadi inspirasi buatmu sekaligus menjadi panduan menuju tempat-tempat terbaik untuk memotret.
Juga penting untuk tahu peraturan dan budaya setempat. Misalnya, cari tahu dimana kamu boleh memotret dan dimana yang dilarang. Tentang kebudayaan, ada beberapa tempat dimana orang-orangnya tidak suka difoto (misalnya suku Baduy). Mengenal apa yang bisa diharapkan akan membantumu bergerak bersama penduduk setempat.
Juga berhati-hatilah dengan keselamatan pribadimu, terutama jika membawa peralatan memotret, karena beberapa tempat tidak seaman tempat lainnya. Sekali lagi, melakukan riset sebelumnya akan sangat berguna.
Legong Dance

Gunakan Warna Terang

Manfaatkan warna untuk menciptakan komposisi yang tajam dan dramatis. Kuncinya, buatlah sesuatu yang sederhana. Mendekatlah pada objek dan fokus pada hanya satu atau dua warna. Sebuah foto yang didominasi satu warna primer seperti merah atau biru bisa jadi sangat kuat. Jangan gunakan warna primer untuk komposisi, warna yang lebih lembut seperti merah muda dan hijau juga bisa jadi tajam.
Warna bisa membangkitkan emosi yang kuat. Merah adalah warna yang hangat dan dominan. Ia adalah warna panas dan matahari yang kuat. Ia juga bisa mengisyaratkan bahaya atau amarah seperti merah pada darah. Merah adalah warna yang kuat dan juga sangat sensitif untuk ditangkap mata manusia.
Biru, sebaliknya, adalah warna yang dingin dan menenangkan. Bayangkan teduhnya langit tropis diatas perairan tropis. Atau birunya gunung es dan langit malam.
Hijau bisa menyegarkan dan membangkitkan; seperti musim semi atau hutan hujan yang lebat. Ia adalah warna alam, pertumbuhan, dan kesuburan.
Belilah polarizing filter untuk memotret warna-warna dengan lebih indah.

Gunakan Cahaya Senja

Kata fotografi berasal dari bahasa Yunani yang artinya “melukis dengan cahaya” dan ini artinya kualitas cahaya adalah aspek terpenting dalam fotografi. Fotografer berpengalaman akan menunggu datangnya cahaya terbaik dan kamu juga harus melakukannya jika ingin mendapatkan foto yang bagus.
Cahaya di tengah hari yang cerah terlalu tajam. Hindari penggunaannya.
Untuk kebanyakan objek, cahaya terbaik adalah saat matahari sedang rendah. Ini artinya jam pertama setelah matahari terbit atau jam terakhir sebelum tenggelam (golden hour). Semakin jauh dari khatulistiwa, semakin panjang cahaya ‘golden hour’ ini berlangsung. Karena kita ada di dataran tropis, kita harus bergerak lebih cepat karena matahari tenggelam dalam waktu singkat dan cahaya yang bagus ini tidak tersedia cukup lama.
Disinilah perencanaan akan membantu. Perhatikanlah saat kamu mengeksplorasi tempat liburanmu, dan pikirkan bagaimana tempat-tempat ini akan tampak dalam cahaya matahari yang keemasan. Lalu pastikan kamu ada di tempat paling fotogenic saat matahari tenggelam.
Jika kamu tidak punya banyak waktu, strategi yang bagus adalah begini: habiskan siang hari bersama teman atau keluarga, lalu pergilah di sore hari satu atau dua jam sebelum matahari terbenam untuk waktu memotret yang berkualitas.

Carilah Sudut Yang Berbeda Pada Landmark Setempat

Borobudur 5 years ago..
Borobudur
Kita pasti pernah melihat wisatawan berkerumun di depan satu tempat dan memotret landmark dari sudut yang sama di siang hari. Kamu juga bisa lakukan ini – kalau kamu mau foto yang membosankan yang tidak ada bedanya dari milik orang lain. Kalau kamu mau sesuatu yang lebih baik, kamu harus lebih cerdas, dan mulai gunakan mata kreatifmu.
Ada berapa banyak cara untuk memotret Candi Borobudur, misalnya. Sekilas, sepertinya tidak banyak. Carilah referensi di internet untuk melihat ada berapa banyak sisi yang bisa difoto. Membuat foto yang tampak baru dan berbeda dari sebuah bangunan yang sangat terkenal dan sudah sering sekali difoto adalah salah satu tantangan fotografi yang paling sulit. Mulailah dengan mendatangi tempat itu saat cahaya sedang bagus. Kalau kamu punya lensa tele atau wide angle, coba manfaatkan untuk menciptakan perspektif yang unik. Coba masukkan human interest. Bukan wisatawan, tapi penduduk setempat yang sedang melakukan kegiatan sehari-hari.

Carilah Detil

Perhatikan dengan baik. Carilah detil kecil yang bisa menangkap jiwa dari tempat yang kamu kunjungi. Mungkin kerajinan tangan setempat yang dijual di pasar. Mungkin makanan atau bangunan khas tempat itu. Tidak harus sesuatu yang luar biasa, bahkan bisa sangat personal atau tersembunyi.

Pergilah Dari Tempat Yang Ramai

Tempat-tempat terkenal mudah dicari. Semua orang bisa pergi kesana. Lakukanlah sesuatu yang berbeda. Jelajahilah tempat-tempat sekitar. Jangan hanya berkeliling di tempat wisata yang penuh orang. Carilah yang baru di luar sana, sesuatu yang tidak biasa dan tempat-tempat kecil. Cobalah temukan tempat dimana orang-orangnya tidak terbiasa melihat wisatawan. Bukan hanya kemampuan fotografimu yang akan meningkat tapi juga caramu mengenal dunia luar.

Gunakan Polarizing Filter

Pernahkah kamu bertanya-tanya bagaimana para fotografer profesional memotret langit yang biru dan dalam? Atau bagaimana mereka bisa memotret air begitu jernih sampai kamu bisa melihat jauh sampai ke dasar? Atau mengapa warna-warna dalam foto mereka sangat kuat? Jawabannya ada pada sebuah kaca ajaib bernama polarizing filter. Ini adalah filter yang akan meningkatkan kualitas fotografimu lebih dari yang lain.
Polarizing filter bertugas menghilangkan pantulan cahaya. Cahaya yang muncul dari debu dan partikel lain yang menggantung di udara, dan pantulan ini membelokkan warna langit di hari cerah. Pasanglah polarizing filter di depan lensa dan pantulan ini akan hilang, menyisakan warna langit yang biru dan dalam.
Hal yang sama juga berlaku pada air. Sinar terpantul dari permukaannya dan menutupi apa yang ada di bawahnya. Gunakan polarizer untuk menghilangkan pantulan ini dan kamu bisa melihat tepat ke bawah air. Kalau kamu pernah melihat foto sebuah perahu tampak melayang di air yang sangat jernih, kamu sudah tahu bagaimana caranya.
Polarizing filter juga menaikkan saturasi warna dengan menghilangkan pantulan dari permukaan yang dicat atau permukaan non-metalik lainnya seperti daun dan bunga.
Ada beberapa peraturan yang harus diperhatikan saat menggunakan polarizing filter. Filter ini bekerja maksimal pada sudut 90 derajat dari matahari. Kamu juga harus memutarnya setelah terpasang untuk melihat di bagian mana efeknya tampak paling kuat.
Kekurangan polarizing filter adalah kamu akan kehilangan kira-kira dua stop cahaya. Jika tingkat cahaya rendah, maka mungkin akan menghasilkan foto yang goyang. Gunakan tripod atau permukaan datar lain untuk menghindari ini.

Memotretlah di Malam Hari

Pantai Losari
Pantai Losari
Belajarlah memotret saat malam. Foto-foto malam hari bisa jadi sangat indah. Yang terbaik adalah memotret saat masih ada sisa cahaya di langit (twilight hour). Lampu-lampu kota menyala, gerakan air jadi seperti kabut, kendaraan yang lewat meninggalkan jejak cahaya.
Kamu akan membutuhkan tripod untuk menahan kamera dan sebuah cable release untuk menembakkan shutter tanpa menyentuh kamera. JIka kamu belum pernah melakukan ini, cobalah di rumah sehingga kamu sudah menguasai teknik yang sempurna saat sampai di tempat tujuan.

5 Tips Untuk Berlatih Memotret

courtesy of qualitystockphotos.com

Melihat foto-foto yang indah memang menyenangkan, mencari tahu bagaimana foto-foto itu dibuat juga adalah hal yang baik. Tapi, kalau kamu ingin bisa memotret sebagus itu, kamu harus pergi dari depan komputer, pergi keluar rumah, dan mulai berlatih sendiri.
1. Matikan komputer. Melihat foto-foto di internet untuk dijadikan inspirasi dari waktu ke waktu mungkin bisa membantu; bahkan mengobrol dengan sesama fotografer lewat forum internet juga bisa sangat membantu kalau kamu butuh bantuan dalam hal tertentu. Tapi, mematikan komputer sesegera mungkin adalah langkah yang paling penting untuk bisa mulai berlatih memotret.
2. Lupakan obsesi pada peralatan. Kamera apa yang kamu gunakan saat ini, itu yang paling berharga dan bagus. Hindari kecenderungan berpikir “Saya hanya perlu kamera dSLR” atau “nanti saja lah kalau sudah punya lensa A, B, C, dst.” Hampir setiap kamera dan lensa yang pernah dibuat (bahkan ponsel kamera masa kini) mampu menghasilkan foto yang bagus jika digunakan dalam kondisi yang tepat. Pelajarilah keterbatasan kameramu dan sesuaikan cara memotretmu dengan batasan itu.
3. Pilihlah sebuah tema, tapi jangan terikat. Temukan sebuah tema yang kamu nyaman melakukannya. Tema apapun bisa, misalnya, arsitektur, hewan, orang-orang di jalan, dan sebagainya. Tapi, jangan membatasi diri; potretlah sebanyak mungkin gambar sesuai kapasitas film atau memory card yang kamu punya. Seringkali, kamu bisa menemukan bahwa foto-foto yang kamu rencanakan ternyata hasilnya tidak memuaskan, tapi kamu justru mendapat foto bagus lainnya dalam proses itu. Ini wajar.
4. Bawalah peralatan seperlunya. Kalau kamu pengguna kamera point-and-shoot, maka kamu sudah siap; masukkan ke saku lalu pergilah berjalan-jalan. Kalau kamu pengguna dSLR, maka kamu bisa saja membawa peralatan berlebih. Pikirkan dulu: apakah kamu benar-benar akan membutuhkan sederet lensa besar, atau satu lensa zoom saja sudah cukup? Kalau kamu tidak melakukan pemotretan dengan cahaya redup, HDR, atau fotografi panorama, apakah kamu masih perlu membawa tripod? Bagaimana dengan flash? Perlukah?
5. Sisihkan sebanyak mungkin waktu untuk memotret. Penekanannya adalah pada “sebanyak mungkin”; jadi sesuaikan dengan apa yang kamu bisa. Bersikeras untuk terus memotret diluar batas waktu yang kamu punya dan melalaikan hal lain tentu sama jeleknya dengan tidak memotret samasekali. Di sisi lain, jauhkan pikiran dari hal-hal yang kurang penting seperti menonton televisi. Jika setelah itu kamu hanya punya setengah jam untuk memotret, maka jadilah. Setengah jam lebih baik daripada tidak samasekali. Kalau kamu punya banyak waktu luang, lebih bagus lagi.

Tips membuat foto ini : Pantai dan perahu nelayan

Di artikel liputan tur ke pantai Ujung Genteng,  ada yang menanyakan tentang proses pembuatan foto dibawah ini. Mari kita bahas ya. Pertama kali saya tertarik dengan pemandangan ini karena ada dua perahu yang berjejer yang menghadap ke matahari yang baru saja terbit. Langit berwarna biru kekuningan, air terlihat mulus dan perahu di latar belakang blur.

Setting: ISO 100, f/16, 8 detik, jarak fokus lensa 24mm (full frame), 16mm di kamera bersensor APS-C. Klik untuk memperbesar.
Secara teknis, saya ingin air lebih mulus, hal ini bisa saya capai jika mengunakan setting shutter speed yang lambat. Tapi masalahnya kondisi pencahayaan saat itu sudah cukup terang, sehingga shutter speed lambat susah didapatkan. Meski ISO sudah rendah (ISO 100) dan bukaan cukup kecil (f/16) shutter speed yang saya dapat masih sekitar 1/60 detik. Jika saya memakai shutter speed yang lebih cepat seperti 1 detik, foto akan terlalu terang.
Untuk mendapatkan shutter speed yang lebih lambat, saya mengunakan filter ND (Neutral Density) 10 stops. Filter ini berfungsi sebagai pembatas cahaya yang masuk ke kamera, sehingga saya dapat mengunakan shutter speed yang lebih lambat. Kalau dilihat, filter ini tidak bening, tapi agak gelap. Dengan memasang filter ini, saya bisa mendapatkan shutter speed 8 detik tanpa membuat foto terlalu terang.
Pertanyaan lanjutannya adalah bagaimana membuat perahu di belakang blur? Seperti yang kita pelajari sebelumnya, kalau ingin membuat blur latar belakang, cara yang paling mudah adalah memakai bukaan besar. Tapi dalam kasus foto ini saya malah memakai bukaan f/16.
Jika diamati lebih dekat, perahunya blur bukan karena ruang tajam yang sempit akibat setting bukaan besar, tapi lebih karena perahunya memang bergerak-gerak karena berada di air yang bergerak karena angin dan ombak. Saat mengunakan setting shutter speed lambat, maka perahunya akan otomatis terlihat blur karena kamera menangkap gerakan. Perahu pertama tidak blur karena memang tidak bergerak.
Untuk sentuhan akhirnya, saya mengunakan Lightroom untuk mengatur kontras, mengatur saturasi warna dan cropping supaya aspek rasionya lebih lebar. Dengan mengkrop bagian langit bagian atas, mata akan lebih fokus ke perahu yang mengarah ke matahari daripada langit.
Demikian proses pemikiran dan catatan teknis tentang pembuatan foto ini. Mudah-mudahan dapat membantu.

Tips Memotret Dengan Cahaya Twilight

Para fotografer mengenal senja dan fajar sebagai “magic hour” atau twilight, karena menyediakan kondisi cahaya yang sangat indah untuk fotografi. Pada tutorial ini, kita akan mempelajari beberapa teknik dasar yang akan membantu menghasilkan foto terbaik saat waktu-waktu ajaib ini.


Apa Dan Kapan
Saat-saat twilight adalah waktu pertama dan terakhir cahaya muncul di sepanjang hari; periode misterius yang ditandai oleh sinar hangat yang berkilau yang juga bukan cahaya siang atau kegelapan. Ini adalah saat matahari secara dramatis menyinari cakrawala dan objek-objek foto yang menunggu untuk diabadikan. Banyak fotografer tertarik untuk memotret matahari terbenam karena begitu banyak warna dramatis yang muncul saat itu. Tapi fotografi twilight berarti menunggu hingga matahari telah terbenam dan memanfaatkan 20-30 menit cahaya yang tersisa sebelum benar-benar hilang.
Gunakan Waktu Sebaik Mungkin
Rentang waktu cahaya yang pendek tidak memberimu banyak waktu untuk memotret, jadi sangat penting untuk mempersiapkan diri. Ambil waktu sebelum mulai memotret untuk melihat-lihat ke sekeliling lokasi. Kenali dimana cahaya akan menyinari dan bereksperimen lah dengan sudut masuknya cahaya. Akan sulit untuk memperkirakan bagaimana cahaya akan tampak ketika sudah tiba waktunya memotret, tapi semakin kamu mengenal keadaan sekitar, semakin mudah untuk memanfaatkan cahaya yang tersedia. Selama waktu twilight, trick-nya adalah menangkap mood yang diciptakan oleh cahaya. Kehangatan yang muncul dari kegelapan yang mulai datang berpadu dengan warna-warna cerah yang tersisa dari matahari akan memberikan rasa ajaib itu.
Gunakan Setting Yang Benar
Secara teknis, kamu perlu menggunakan kamera dengan mode manual untuk bisa memanfaatkan cahaya yang tersedia dengan sebaik mungkin. Sebuah tripod akan sangat membantu karena kamu akan menggunakan shutter speed yang panjang sekitar 1 sampai 2 detik tergantung pada kondisinya. Jika kamu memotret landscape, atau pemandangan dengan banyak kedalaman, kamu akan membutuhkan aperture kecil sekitar f/8 atau lebih. Gunakan ISO seperlunya, serendah mungkin kalau bisa, untuk mencegah timbulnya noise tapi cukup untuk mendapatkan cahaya yang dibutuhkan.
Objek
Memilih lokasi tentu sangat penting, dan sangat tergantung pada apa tujuan fotomu. Objek semacam cityscape akan tampak sangat bagus dengan memanfaatkan lampu-lampu kota yang berkilau saat langit berubah ke biru gelap. Kamu bisa memilih foto landscape yang lebih konvensional, yaitu memotret cahaya fajar atau senja itu sendiri dalam skala lebar. Tapi memasukkan objek lain ke dalam cahaya twilight tentu akan menghasilkan foto yang lebih eksperimental dan kreatif.

Sekarang saatnya kamu keluar rumah dan mencoba sendiri. Paling bagus untuk memotret twilight saat hari cerah untuk memastikan kamu mendapat rentang cahaya yang cukup untuk digunakan. Setelah kamu mendapat foto-foto standar yang bagus, cobalah bereksperimen dengan siluet dan gunakan cahayanya dengan lebih kreatif. Bersabarlah, tapi teruslah mencoba, bahkan ketika hari mulai gelap. Jangan tergoda untuk buru-buru pergi. Tunggu selama mungkin dan teruslah memotret sampai malam benar-benar tiba. Menggunakan long exposure bisa membuat kameramu lebih sensitif dari mata, karenanya meskipun sudah kelihatan gelap, kameramu mungkin masih bisa menangkap beberapa detil.

Mengendalikan cahaya lingkungan dengan shutter speed

Saat mengunakan lampu kilat, cara mengendalikan terang gelapnya cahaya lingkungan adalah dengan mengunakan shutter speed. Jika cahaya lingkungan agak lemah, seperti pada sore hari menjelang matahari terbenam, atau hari yang sangat kelabu, kita bisa melambatkan shutter speed supaya cahaya lingkungan lebih terang.

Bagaimana dengan ISO dan Diafragma/Aperture? ISO dan Aperture juga bisa mengendalikan cahaya lingkungan, tapi tidak hanya itu, ISO dan Aperture akan mempengaruhi intensitas flash. Oleh karena itu, jika kita hanya ingin mengendalikan cahaya lingkungan(background) saja, maka gunakanlah shutter speed.

Data teknis foto ISO 200, 85mm, f/4, 1/25 detik. Model: Cewek

Di foto diatas saya coba mengendalikan cahaya lingkungan dengan mengatur shutter speed yang cukup lambat yaitu 1/25 detik. Lampu kilat dipasang kanan dan kiri dengan payung fotografi.  Jika shutter speed saya pasang lebih cepat, misalnya 1/100 detik, latar belakang akan gelap total.
Meskipun shutter speed hanya 1/25 detik, dan saya memakai lensa 85mm, yang biasanya mengakibatkan subjek foto blur karena shutter speed terlalu lambat, tetapi dalam kasus ini, dengan mengunakan flash, subjek akan tetap tajam, karena lampu kilat yang durasinya sangat pendek (diatas 1/880 detik) akan sukses membekukan subjek.

Foto diambil saat workshop foto portrait model di lokasi dengan cahaya alami dan buatan di Medan, Sumut

Belajar foto air slow speed dengan filter ND

Foto di pantai berkarang sangat baik untuk latihan foto slow speed. Untuk mendapatkan foto dengan aliran air yang mulus seperti kapas membutuhkan shutter speed yang lebih lambat dari 1/4 detik. Semakin lambat, semakin mulus aliran airnya.



Ada dua kendala saat memakai shutter speed lambat. Pertama kita harus mengunakan tripod, jika tidak, getaran tangan kita akan membuat foto blur. Kedua, jika kita motret di siang hari saat matahari sedang terang-terangnya, foto akan terlalu terang/over exposure.
Untuk mengatasi masalah kedua, kita membutuhkan filter yang dinamakan filter ND (Neutral Density). Filter ini akan membatasi cahaya yang masuk ke lensa. Filter ini macam-macam kepekatannya. Satuannya stop. Setiap 1 stop, berarti filter ini mengurangi cahaya 1/2 nya.
Penamaan filter ND ini agak bervariasi dan cukup memusingkan. Misalnya ND8 (0.9) itu berarti 3 stop, ND4(0.6) itu 2 stop, ND64 (1.8) itu 6 stop dan ND1024 (3.0) itu 10 stop. Daftar lengkapnya bisa dibaca di wikipedia. Ada juga ND filter yang bisa berubah-ubah tingkat kepekatannya. Namanya Variable ND filter.
Berikut ini beberapa langkah mudah:
  1. Set kamera ke tripod
  2. Set kamera ke mode A/Av lalu set ke f/11 atau f/16 (cukup lumayan ruang tajamnya), hindari f/20 atau lebih kalau bisa karena ketajaman foto akan menurun
  3. Set ISO ke nilai yang terendah (biasanya 100 atau 200)
  4. Lihat setting ISO, Aperture dan Shutter speed
  5. Pindahkan ke mode manual, copy setting tersebut
  6. aktifkan fokus ke subjek  dengan menekan setengah tombol jepret / tombol AF-ON
  7. Pindahkan mode auto fokus ke manual fokus
  8. Pasang filter ND
  9. Lambatkan shutter speed dengan menyesuaikan kepekatan filter ND yang digunakan
  10. Tekan tombol jepret untuk membuat foto. Lebih baik lagi mengunakan cable release supaya kamera tidak goyang
Contoh, dalam kasus saya, shutter speed yang saya dapat tanpa filter adalah 1/320 detik, maka saya melambatkan shutter speed dengan mengowes dial ke kiri sebanyak 3 X 10 stop = 30 kali. Hasilnya saya mendapatkan  shutter speed 3 detik. Kalau ND filternya 3 stop, maka 3 x 3 = 9 kali.
Di foto dibawah ini, saya memakai filter ND 10 stop. Akibatnya, saya dapat memakai lensa shutter speed 3 detik daripada 1/320 detik jika tidak memakai filter ND.
Dengan filter ND 10 stop – ISO 200, f/11, 3 detik

Foto ini dibuat tanpa filter ND – ISO 200, 120mm, f/11, 1/320 detik


Selamat Berkarya

Kapan memakai ISO tinggi

Bila memungkinkan, kita sebaiknya mengunakan ISO rendah (100 atau 200) karena kualitas foto akan memburuk seiring kita meningkatkan ISO. Di kamera digital SLR keluaran satu dua tahun terakhir, batasan antara foto yang baik dan foto yang buruk (karena banyaknya noise) berkisar antara ISO 800 dan 1600. Banyak keadaan dimana kita mau tak mau mengunakan ISO yang relatif  tinggi karena foto bisa blur atau terlalu gelap.

Ada beberapa skenario dimana ISO tinggi dibutuhkan:
1. Ketika kita berada di lingkungan cahaya yang agak gelap seperti di malam hari atau di dalam ruangan, dan kita tidak mengunakan tripod. Perhatikan shutter speed, bila shutter speed sudah kurang dari sekitar 1/30 atau 1/60 detik (tergantung lensa, makin panjang lensanya, shutter speed yang cepat makin penting), itu tandanya kita perlu menaikkan ISO supaya shutter speed bisa dipercepat.
2. Ketika memakai telefoto yang panjang seperti 200mm, kita butuh shutter speed yang lumayan cepat juga, yaitu sekitar 1/jarak fokal X crop factor sensor kamera. Contoh bila memakai kamera Canon 550D, maka 1/200 X 1.6 = 1/320 bila tidak gambar akan berpotensi kabur. Bila lensa tersebut memiliki teknologi peredam getar (IS/VR/SS/SR) maka shutter speednya tidak butuh 1/320 tapi sekitar 1/80 detik saja sudah cukup. Bila kita tidak mendapatkan shutter speed tersebut, kita perlu menaikkan ISO sampai shutter speed minimal terpenuhi.
3. Mirip seperti no. 1. Ketika kita foto subjek yang bergerak cepat dan cahaya yang ada agak gelap. Dengan menaikkan ISO, kita bisa mendapat shutter speed yang lebih cepat untuk membekukan foto.
4. Ketika mengunakan lampu kilat/flash dan kekuatan flash terlalu lemah untuk menerangi subjek dan latar belakang. Kita bisa menaikkan ISO supaya intensitas cahaya flash dan cahaya lingkungan lebih terekam.
5. Ketika kita mengunakan setting bukaan kecil seperti f/8 atau f/16 dan shutter speed yang digunakan terlalu lambat, maka kita perlu menaikkan ISO supaya kita bisa mempercepat shutter speed supaya foto tidak kabur.
6. Saat kita ingin foto kita memiliki efek artistik dengan adanya noise atau berpasir seperti foto hitam putih jaman dahulu.
Kalau melihat skenario-skenario diatas, maka bisa disimpulkan bahwa ISO sangat berkaitan dengan kondisi cahaya lingkungan dan shutter speed. Peran ISO disini memungkinkan kita memilih shutter speed yang lebih cepat supaya foto kita tidak kabur atau terlalu gelap.

Macro Dengan 3 Object Berbaris



Macro Dengan 3 Object Berbaris Ke belakang Dan yang Di ambil Fokusnya Objeck Yang Tenga